Pria
Depan Teras
(Cipt. Dwi Ditha Putri)
Hai, namaku Rere.
Usiaku 17 tahun. Aku bersekolah di SMA Indah Mewangi, Banjarmasin.
Liburan kali ini
agak berbeda dari liburan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya aku menghabiskan
liburan di daerah asal orangtuaku. Kini, hanya berada di kota tercinta ini,
Banjarmasin.
Aku punya teman,
teman sepermainan. Dia tetangga depan rumahku. Tapi umurnya masih sangat dini,
bisa dihitung dengan jari, 5 tahun. Namanya Amel. Dia tinggal bersama kedua
orang duanya, dan pamannya. Dia sangat sering bermain denganku.
Maka dari itu, pada
liburan ini, aku sering menghabiskan waktu dengannya dan sepupuku yang datang
dari kampong. Usia dari sepupuku itu tak kalah dini, 4 tahun. Namanya Mery. Berhari-berhari
kuhabiskan waktu dengan bermain bersama anak-anak. Mungkin suatu saat aku akan
menjadi guru TK atau mungkin dokter anak?
Sebenarnya, aku
bukan tipe orang yang pecinta anak. Tapi tak apalah bermain dengan mereka, tak
ada salahya juga. Lumayan untuk menghilangkan rasa jenuh di liburan ini. Hal
yang membuat ku semangat, setiap malam om Amel selalu duduk di teras depan
rumah. Namanya Jordi.
Untuk detailnya,
dia itu mahasiswa kedokteran, masih baru, mungkin sekitar semester 2. Mungkin,
menurutku sih dia lahir tahun 1995. Badannya sangat proporsional, ototnya lumayan
bikin histeris cewek-cewek apalagi aku yang merupakan penggila cowok keren,
kulitnya putih, dan kharismanya benar-benar memancar menyilaukan mata.
Diam-diam, aku
memang sering memperhatikan dia. Biasanya kalau mau ulangan, aku belajar di
ruang tamu, sambil ngintipin dia dari jendela. Aku ini tipe orang kalo suka
orang pada pandangan pertama, pasti susah banget buat mengingat mukanya.
Jadi, sampai
sekarang aku belum hapal mukanya gimana. Tapi aku yakin dia pasti ganteng. Awalnya, aku hanya sekedar mengagumi dan
penasaran akan charisma yang dipancarkannya.
Hal yang aneh
adalah walaupun aku nggak hapal gimana mukanya, tapi aku bisa tau kalau itu dia
tanpa melihat mukanya. Bisa dirasakan dari kharismanya.
Rabu,
9 Juli 2014.
Tanggal
9, puncaknya rasa suka yang aku rasakan. Aku bermain lama sekali bersama
anak-anak, dan Amel mengajakku untuk bermain di depan rumahnya, dan Jordi
memang lagi duduk di depan teras.
Aku
yang sedang bermain tabak, walaupun sebenarnya anak-anak belum pada ngerti
mainnya gimana, jadi mainnya nggak pake aturan. Yang terpenting adalah aku
bahagia saat itu berada dekat dengan dia
walaupun dia tak ikut bermain.
Kala
itu, jarak kami lumayan dekat, mungkin 3 meter. Momen itu sunggu momen yang
indah dan membahagiakan. Sampai-sampai malam harinya, aku tidur lelap
memimpikannya. Saat aku terbangun, aku merasakan sesuatu yang aneh.
“Terkadang
ada saatnya dimana kala kita merasa biasa saja kepada seseorang, tetapi saat
kita memimpikannya, muncul rasa yang tak biasa pada orang itu.”
Aku
memimpikannya, mimpi yang romantic, ya walaupun sedikit aneh. Aku bermimpi
sedang membuka pintu, tiba-tiba dia datang dan memelukku dari belakang. Ibarat
drama korea, romantis tapi kalau dibayangin ternyata aneh.
Kamis,
10 Juli 2014.
Tentu
saja saat aku terbangun, langsung aku merindukannya. Aku pun mencarinya. Tetapi
dia malah taka da, motor yang biasanya terparkir di depan rumah kini nihil.
Sehingga aku rela letih lunglai menunggunya. Sungguh rindu.
Sebenarnya,
bisa dikatakan aku sedikit pamrih bermain dengan anak-anak. Karena dengan
bermain, aku bisa semakin dekat dengan Jordi. Jadi seharian aku bermain dengan
anak-anak sambil nungguin dia pulang.
Sampai
sore, aku menunggu tetapi ternyata dia belum datang. “Daripada lama nunggu,
mending aku mandi dulu.” pikirku. Selesai mandi, ternyata dia sudah pulang.
Tetapi sayangnya, Amel sudah tak bisa bermain lagi, dia sakit, jadi otomatis
aku nggak bisa ketemu Jordi.
Pada
malam harinya, aku duduk di teras depan, menunggunya, berharap dia keluar juga.
Sungguh saat-saat yang kurang beruntung, listrik padam. Jadi, mungkin karena
alasan itu dia tidak menjalankan kebiasaannya itu untuk duduk di teras.
Aku
berharap ada keajaiban. Keparahan datang bertubi-tubi, di kala listrik sudah
meyala. Namun ternyata, hujan lebat turun dengan ganasnya disertai petir yang
menyambar tanpa perasaan. Dia tidak muncul-muncul.
Ya,
sudahlah. Artinya memang kami yang tak jodoh.
No comments:
Post a Comment