Hey,
sobat ambyaar! It’s time for 1am thoughts.
Pada
masa self quarantine ini, aku ingin menghabiskan tengah malamku dengan
menuliskan isi pikiranku. Yep, just stating out my opinion. So, correct me if i’m
wrong.
Jadi,
kali ini aku ingin berpendapat tentang bagaimana menghadapi kekecewaan.
Setiap
orang pasti pernah kecewa. Kamu, aku dan kita semua. Kecewa itu wajar. Semua
orang pasti pernah mengalaminya.
Hanya
saja, yang membedakan kita adalah bagaimana menghadapinya. Apakah dengan cara
konstruktif atau malah sebaliknya destruktif?
Semua
pilihan ada di tangan kita. Kita bisa saja memilih dengan marah-marah. Tapi
ingat, setiap perbuatan kita pasti ada resikonya. Apakah kita yakin dengan
marah-marah keadaan menjadi lebih baik? Ataukah malah semakin buruk?
Kecewa?
Yep, that’s fine buddy. Apapun alasannya, tidak membuat kekecewaanmu tidak
berlaku. It’s our feelings, itu yang kita yang rasakan ya begitulah adanya dia.
We can’t control our feelings. But, we can control our action towards them.
Bagaimana
dengan memilih jalur konstruktif? Bagaimana membuat kekecewaan itu membangun
dirimu?
Apakah
kita kecewa karena banyaknya masalah? Well, we can see that as a challenge to
think and act. Ada masalah? Ya kita cari solusinya. Kita perbaiki keadaan
menjadi lebih baik.
Apakah
kita kecewa karena perilaku orang lain? Well, yeah maybe it’s hard. But, cobalah
kompromi dengannya. Try to understand them. I know it will sounds too naive.
But
gini deh, menurut gue. Setiap orang bisa bertindak sesuatu itu tidak mungkin
semata-mata karena random saja. Pasti ada alasan di balik itu. Ntah, mungkin
dari pendidikan dia selama ini, pola pikir yang salah atau persepsi yang
berbeda dengan kita.
“Lah
dia yang nyakitin gue? Kok gue yang dipaksa mengerti dia? Ngapain capek capek
ngertiin dia toh dia ngga ngerti kita?”
I’ve
been there, buddy. Aku pernah di tahap berpikir seperti itu. Wkwkwk, emang pada
dasarnya manusia itu defensif dan selalu mengutamakan kepentingan diri sendiri.
Cuman, setelah berpikir sekian lama, mempelajari beberapa hal. Aku mulai berpikir begini. Bukankah kalau dia bisa berubah, kita sendiri juga yang diuntungkan?
Okay,
okay. I know. It’s hard to change people. And it will take much effort. But
yeah, memang gitu. Susah? Iya betul! Gak bisa? Eh belum tentu, every thing is
possible.
Sebenernya
yang bisa buat orang bermasalah satu sama lain (bertengkar) biasanya karena
perbedaan persepsi sih. Jadi gini, persepsi itu sifatnya subjektif. Tergantung
kemampuan dan keadaan masing-masing individu. Jadi yah, setiap individu ya bisa
aja menafsirkannya berbeda satu sama lain.
Then
what should we do? Build meaningful conversation with them. Ask question to
them to understand how they perceive anything. Aku tahu sih ini susah. Bahkan aku
sendiri pun harus mengakui, aku juga belum sampai tahap sejago itu untuk
mengerti pemikiran orang lain. Sampai aku bilang gini.
“Understanding
people is much harder than understanding mathematics”
Wkwkwk,
soalnya matematika mah kan jelas ya ilmu pasti. Sedangkan persepsi orang-orang
itu subjektif. Untuk orang-orang yang persepsinya hampirnya sama ya okelah,
mungkin mudah buat relate. Bagaimana kalau yang jomplang banget? Yep, harus
diakui memang taking much effort :’)
But
yeah, trust me. Saat kamu udah bisa mengerti dia, mengerti cara dia berpikir,
mengerti bagaimana dia mempersepsikan sesuatu dan yeah boom, it will be easy
for you to compromize with her.
I
mean, kalo kita pake cara marah-marah. Yeah you knowlah manusia itu defensive.
Semakin dikritik/dikasih tahu, ya makin merasa dirinya diserang dan malah
membela diri. Yang ujung-ujungnya bukannya kompromi, malah jadi debat kusir. Jadi,
apa yang lu dapet? Kaga ada! Wkwkw, malah waste of your energy aja karna ga da
untungnya jadi capek sendiri.
Kalo
orang itu sudah merasa dimengerti, orang itu bakal berusaha juga buat mengerti.
Jadi lebih enak buat berkompromi. Disinilah ngobrol jadi lebih meaningful. Kita
bisa memasukkan pesan yang ingin kita sampaikan ke dia, dan dia juga bisa lebih
menerima dibandingkan kalo kita kritik/attack.
Gitu
deh kira-kira. Wkkwkw, susah memang. But yeah, worthed to try.
No comments:
Post a Comment