Maraknya Kasus Bullying
di Kalangan Pelajar
Oleh : Dwi Ditha
Putri
Seperti yang
kita ketahui, bullying adalah
fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Kini, tindak kasus bullying
semakin marak terjadi. Bisa dilihat dari kasus-kasus yang bermunculan di
kalangan pelajar, seperti adanya pelajar yang membawa dan menodongkan senjata
tajam, melakukan pelecehan seksual, membuat genk, memalak, melabrak dan
sebagainya. Hal ini semakin menunjukkan berapa
mirisnya dunia pendidikan.
Bullying
adalah suatu tindakan menyakiti orang lain yang dianggap lebih lemah darinya
dengan kekerasan. Terdapat 3 bentuk bullying,
yaitu secara fisik, verbal dan psikologis. Dalam bentuk fisik, pelaku menyakiti
korbannya secara fisik, seperti memukul, mendorong, menjewer, menampar dan
lain-lain. Dalam bentuk verbal adalah pelaku menghina, membentak, mennggunakan
kata-kata kasar, mengejek nama orang tua, mencemooh, menyindir kelemahan
mental, dan lain-lain. Dalam bentuk psikologis, pelaku biasanya menyebarkan
fitnah, gosip, mempermalukan dan menolak target bullying mereka.
Pada umumnya, pelaku bullying adalah kakak kelas dengan
target bullying adik kelas. Jarang
terjadi adik kelas melakukan bullying
kepada kakak kelasnya. Biasanya, penyebab kasus bullying di sekolah adalah adik
kelas yang ‘bertingkah’, dalam arti mencolok secara fisik, gaya berpakaian
maupun perilaku. Sehingga, mereka dilabrak oleh kakak kelas. Penyebab dari sisi
lain adalah pelaku yang merasa kuat dan berkuasa jika melakukan kekerasan terhadap korbannya.
Dan juga biasanya, pelaku merasa iri karena korbannya lebih cantik atau lebih
pintar, sehingga takut disaingi menjadi yang popular di sekolah.
Bullying
memiliki dampak yang buruk baik bagi korban maupun pelaku. Secara psikologis,
korban akan kehilangan kepercayaandirinya,
membenci dirinya sendiri, menjadi takut untuk berkeliaran di luar,
sehingga selalu mengurung diri. Selain itu, korban akan stress dan depresi, yang
tentu merusak kesehatan mereka. Menurut survey
kebanyakan besar dari orang yang dulunya penyiksa dimasa sekolah akan melakukan
tindakan kriminal saat dewasa. Mereka juga akan kesulitan menjalin hubungan
pertemanan dengan teman sekolahnya. Begitu mereka dewasa nanti mereka juga akan
sulit beradaptasi dengan teman-teman kerjanya karena ia terbiasa mengontrol
orang lain.
Contoh bullying yang paling sering ditemui disekitar
kita adalah kakak kelas melabrak adik kelas karena dinilai bertingkah. Biasanya
kakak kelas datang dengan ‘keroyokan’ melabrak adik kelasnya yang sendirian.
Selain itu, masa orientasi siswa yang berakhir buruk karena si kakak kelas
berlebihan mengerjai para siswa baru. Mengerjai dalam arti memberikan perintah
yang tidak berguna kepada adik kelasnya hanya untuk kepuasan pribadi. Dan juga,
teman sekelas yang dianggap aneh yang dikucilkan, tidak ada yang mau berteman
dengannya, sehingga ia menjadi sering menyendiri.
Menurut
penulis, bullying harus dihapuskan.
Penulis tidak senang dengan adanya bullying,
karena memiliki banyak dampak negatif. Bullying
sangat merugikan si korban, contohnya pada murid yang tadinya berprestasi
karena dibully, menjadi depresi. Sekali
menjadi korban, akan susah untuk keluar. Bullying
sangat sulit untuk dihilangkan, tapi setidaknya bisa diminimalisir dengan
melakukan tindakan preventif.
Hal
yang bisa dilakukan guru untuk mencegah bullying
di sekolah adalah bertindak tegas. Karena jika guru terlalu santai menanggapi
masalah bullying, pelaku akan merasa
“diizinkan” dalam melakukan bullying.
Kedua, perlu diadakannya seminar anti-bullying. Mungkin
terdengar membosankan, tetapi setidaknya, orang tua dan murid menjadi lebih
terbuka matanya tentang dunia bullying.
Selain itu, diadakannya
mentoring dengan murid. Walaupun terkesan membuang waktu, tetapi inilah
yang sebagian anak butuhkan di sekolah. Karena guru adalah “orang tua” kedua
selain orang tua di rumah. Seperti orang tua kandung, melakukan mentoring dan
menanyakan kebutuhan masing-masing anak sangat diperlukan. Sediakan juga waktu
untuk anak murid agar bisa sharing pengalamannya di sekolah.
Untuk orang tua, perlu memberikan perhatian lebih kepada
anak, seperti menanyakan kondisi anak di sekolah. Perlu adanya hubungan yang
harmonis antara dan anak. Jika keluarga tidak harmonis, anak akan bingung untuk
berbagi pengalaman dengan siapa. Tindakan ini juga mencegah anak agar tidak
terjerumus ke hal-hal yang negatif seperti pornografi, narkoba, free-sex, dan
sebagainya. Selain itu, orang tua harus cermati perubahan-perubahan pada anak.
Jika mengalami bullying, kemungkinan
si anak akan mengalami beberapa perubahan. Contohnya nilai akademis menurun,
hilang semangat sekolah, susah berkonsentrasi, dan sebagainya.
Jika pelajar sudah masuk ke dunia bullying, hal yang harus dilakukan adalah menahan emosi. Jika anda di-bully, sembunyikan rasa takut dan sedih,
karena hal itu akan membuat pelaku semakin “sukses” mem-bully anda. Kedua, jangan berjalan sendirian. Ajak teman anda
seminimal-minimalnya 3 orang agar ada yang membantu ketika anda di-bully. Selain itu, jika sudah di-bully, lawan pelaku. Yang di maksudkan
bukan membalas pukul, tapi tunjukkan sikap bahwa anda bukan orang yang gampang
di-bully. Misalnya membusungkan dada,
dan tatap mata si pelaku dengan tajam.
Sebagai penulis, saya menentang adanya kasus bullying di kalangan pelajar. Hal itu
sangat merusak pendidikan di Indonesia. Baik itu dalam bentuk fisik, verbal
maupun psikologis. Karena akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya. Dari
kasus-kasus yang pernah terjadi, kita belajar, sehingga perlu dilakukan tindak
preventif akan kasus ini. Keterlibatan pemerintah juga tak kalah penting,
karena remaja-remaja adalah calon penerus bangsa, perlu pendidikan yang
benar-benar tidak sekedar materi pelajaran, tetapi juga pendidikan karakter.
No comments:
Post a Comment