Hey, there! It’s me, Ditha. Sudah lama tidak menulis, rasanya
bingung bagaimana harus memulai dan juga bingung apa yang harus saya tulis. Berhubung
saya sudah memasuki usia legal untuk menikah(?) Bagaimana jika saya menulis
tentang keresahan saya saat memasuki usia 21 tahun?
Pertama...
Saya belum lulus kuliah. Jadi rasanya sedikit awkward saat ditanya.
“Masih kuliah, dith?”
“Semester berapa sekarang?”
“Kapan lulus?”
“Skripsi udah sampai mana?”
Yeah, I know mereka cuman basa basi, sekedar
nanya bahkan bodoamat saya sudah lulus atau belum. But... cukup tertekan sebenernya (kalo boleh) haha.
Saya
sendiri berusaha untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain. Tapi seiring
berjalannya waktu, melihat orang-orang seangkatan saya sudah bisa lepas dari
kuliah, rasanya cukup iri :’) (kalo boleh (2)) Apalagi kalau sampai
dibandingkan.
“Si itu udah, masa kamu belum?”
“Bukannya dulu kamu lebih pinter ya?”
But yeah, kalo dipikir-pikir, perasaan saya
ini masih normal kan? Gelisah, iya. Sedih, iya. Iri, iya. Tapi mau bagaimana
lagi, hal ini yang memang terjadi dan harus dihadapi. Satu-satunya yang bisa
saya lakukan yaitu selesaikan skripsi saya.
It sounds easy but it’s hard....if....yeah you know :p (?)
Kedua... I dont know what I wanna be(?) Jadi
guru, ga mau, padahal saya jurusan pendidikan.
Gara-gara magang kemarin, saya
jadi semakin yakin tidak ingin menjadi guru.
Jadi kimiawan, oh big no, asli bener-bener ga bisa
kerja di lab.
Megang pipet tetes aja gemeteran. Paling takut dah sama yang
namanya barang-barang lab.
Jadi pengusaha, ga bisa juga.
Social
skills saya tidak terlalu bagus, link kenalan saya tidak terlalu banyak.
Rasanya arghhhhhhhh. I dont know what to
do T_T
Rasanya
panik mikirin hal begini, tapi harus dipikirin juga (?) Tapi kalo dipikirin
terus, cukup bikin stres, jatuhnya menghambat skripsi saya. Too much wasting time to think, huh.
Ketiga... I’m
not a feminist but I hate a lot when a man treat his wife like she’s his slave.
Bener-bener dah. Jadi saya harap semoga calon suami saya nanti (kalau ada) tidak
menganggap saya seperti pelayannya yang harus melayani di setiap waktu. Walaupun
im fine mengurus rumah, with my pleasure malah, tapi kalo disuruh-suruh saya
tidak suka.
Saya jadi
pengen independen secara materi, mampu menghasilkan uang sendiri dan tidak
bergantung pada laki-laki. Kenapa saya bilang seperti ini? Karena jika orang
sudah merasa orang lain sudah bergantung padanya, dia jadi suka bersikap
seenaknya. Dalam hal ini, bisa saja si suami jadi bersikap seenaknya. Selain itu, untuk keperluan pribadi saya
(seperti skincare dan makeup) saya bisa beli sendiri, tidak perlu bergantung
pada dia :p
Cuman
masalahnya tadi, saya pengen bisa menghasilkan uang sendiri. Di sisi lain, saya
sendiri belum menemukan pekerjaan apa yang saya ingini. Bahkan yang saya ingini
belum tentu bisa saya dapatkan. Cukup depressing
memikirkan hal-hal seperti ini.
Baiklah,
sekian celotehan yang berbelit-belit ini. Semoga mudah dipahami. Sekedar curhat
dan pengen nulis aja. Thanks for reading.
How bout yours? Bagaimana keresahanmu di usia 21 tahun ini?
No comments:
Post a Comment