Tuesday, March 22, 2016

Apa itu Teman? Apa itu Setia Kawan?


Menurutmu, apa itu teman? Yang selalu dekat denganmu kah? Yang selalu tertawa bersamamukah? Atau yang selalu menertawakanmu? *eh  Haha… Atau yang ada di sampingmu saat kau menangis?

Lagi... Menurutmu, bagaimana itu teman yang baik? Apakah teman yang selalu bersenang-senang denganmu? Atau teman yang mau bersusahpayah berjuang bersamamu?

Lagi ya? Tipe teman seperti apa yang kamu suka? Yang baik? Yang apa adanya? Yang ngajak kamu ancur bersama? *eh Hehe… Atau yang ngajak kamu ngejar mimpi bersama?


Kalo menurut aku, ya… Gini… Hmmm, pertama-tama aku tanya kamu. Bayangkan dulu situasi ini. Seandainya, kamu dan temanmu berjalan menuju suatu tempat. Tentu, tempat itu tempat yang memang sudah kalian impi-impikan untuk berada disana. Nangkep kan maksud aku?

Terus, suatu ketika di tengah perjalanan, temanmu jatuh ke parit. Apa yang akan kamu lakukan?
“Ya, ditolong dong.”
Ditolong gimana, maksudnya?
“Bantu dia naik dong. Lalu bersihin badannya.”

Nah, itu tau. Jadi, kalo teman kita jatuh, ya baiknya kita menyodorkan tangan, membantunya berjalan kembali, biar kalian sama-sama bisa nyampe ke tempat tujuan kalian. Bukan ikutan masuk parit.  Setia kawan itu memang penting, guys. Tapi bukan dengan “kau jatuh ke parit, aku pun jatuh ke parit, satu untuk semua.” Nah, itu pemikiran yang jelas-jelas salah.

Kalau teman jatuh ke parit itu ditolong agar bangkit, agar kembali ke jalan yang benar, bukan malah ikutan jatuh ke parit. Berjuang bersama, bukankah itu menyenangkan? Oke, sorry bukan bermaksud pengulangan. Tapi ini hanya p-e-n-e-g-a-s-a-n, tuh udah kueja biar kena’. Paham kan maksudku?

Setia kawan memang bukan berarti ikutan masuk parit, tapi jangan pula kamu meninggalkan kawan. Ingat, kalian berangkat sama-sama, tiba pun harus sama-sama. Kenapa? Itulah namanya komitmen. Jangan punya mental seperti cowok php *eh. Ingat komitmen kalian!

Yapp, tentu saja ini cuman analogi. Kamu pasti ngerti maksud aku, kalau diaplikasikan ke dunia nyata. Aku kasih contoh konkretnya. Simple aja sih. Misalnya, kamu sahabatan sama seseorang. Ceritanya masih sekolah. Tentunya, kalian punya tujuan yang sama kalau bersekolah, yaitu lulus sama-sama. Nah, suatu hari temen kamu ngajak kamu, bolos.

Bagaimana kalau udah di situasi seperti itu? Camkan, jangan ikutan bolos! Dan, jangan pula ninggalin dia bolos! Ulurkan tanganmu ke dia, bisikan ke telinganya, sentuh hatinya, beri pengertian, sampaikan padanya “di luar sana, masih banyak yang pengen sekolah kayak kita.” Tak perlu memaksa dia untuk tak membolos, cukup beri sentilan kecil yang ngenak. Intinya, kalau kamu sayang sahabatmu, ketika pemikirannya bengkok, luruskan, jangan dibiarkan. Nangkep?

For your information, aku pernah baca. Di dunia itu tidak ada orang jahat *kalopun ada itu cuman di sinetron, atau nggak, ya gila*. Banyak orang yang “terlihat” jahat sebenarnya punya niat yang baik, namun karena cara berpikir yang salah. Sehingga niat baiknya untuk mencapai “tujuan”, eh malah “tujuan” itu jadi nggak kecapai. Maka dari itu, aku pengen menekankan bahwa pentingnya cara berpikir yang benar.

Contoh pemikiran yang salah? Ya tadi, “kau masuk parit, aku pun masuk parit”.
Silakan, pikirkan lagi :) Pikirkan sedalam-dalamnya kalau bisa, sampai nangkep banget point omongan aku yang mungkin ‘belibet’ ini. Manfaatkan betul-betul kemampuan berpikir-kritismu itu. Haha, susah banget sumpah ngerangkai kata-katanya, biar ngena’ gitu. Semoga memotivasi.

Nah, ini. Aku nemu di blog orang. Tuh baca baik-baik yang udah dibold. Aku suka banget tulisannya. Ya walaupun, aku memang kurang setuju dengan kata "jauhi". Kasusnya sama kayak kita ninggalin kawan yang jatuh ke parit itu. Solusi untuk ini, ya tadi "beri pengertian" :) Luruskan yang bengkok. Got it?

Akhirnya, kecapai juga nulis postingan yang ada ‘isinya’. Biasanya kan kalo nggak tentang  jomblo ya baper, haha. Thanks for reading, guys. Kalau mau ngajak diskusi tentang teman dan setiakawan, silakan tulis di kolom ya, guys. :)

No comments:

Post a Comment