Sunday, June 16, 2019

21 Tahun


Hey, there! It’s me, Ditha. Sudah lama tidak menulis, rasanya bingung bagaimana harus memulai dan juga bingung apa yang harus saya tulis. Berhubung saya sudah memasuki usia legal untuk menikah(?) Bagaimana jika saya menulis tentang keresahan saya saat memasuki usia 21 tahun?

Pertama... Saya belum lulus kuliah. Jadi rasanya sedikit awkward saat ditanya.
“Masih kuliah, dith?”
“Semester berapa sekarang?”
“Kapan lulus?”
“Skripsi udah sampai mana?”
Yeah, I know mereka cuman basa basi, sekedar nanya bahkan bodoamat saya sudah lulus atau belum. But... cukup tertekan sebenernya (kalo boleh) haha.
Saya sendiri berusaha untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain. Tapi seiring berjalannya waktu, melihat orang-orang seangkatan saya sudah bisa lepas dari kuliah, rasanya cukup iri :’) (kalo boleh (2)) Apalagi kalau sampai dibandingkan.
“Si itu udah, masa kamu belum?”
“Bukannya dulu kamu lebih pinter ya?”
But yeah, kalo dipikir-pikir, perasaan saya ini masih normal kan? Gelisah, iya. Sedih, iya. Iri, iya. Tapi mau bagaimana lagi, hal ini yang memang terjadi dan harus dihadapi. Satu-satunya yang bisa saya lakukan yaitu selesaikan skripsi saya. It sounds easy but it’s hard....if....yeah you know :p (?)

Kedua... I dont know what I wanna be(?) Jadi guru, ga mau, padahal saya jurusan pendidikan.
Gara-gara magang kemarin, saya jadi semakin yakin tidak ingin menjadi guru.
Jadi kimiawan, oh big no, asli bener-bener ga bisa kerja di lab.
Megang pipet tetes aja gemeteran. Paling takut dah sama yang namanya barang-barang lab.
Jadi pengusaha, ga bisa juga.
Social skills saya tidak terlalu bagus, link kenalan saya tidak terlalu banyak. Rasanya arghhhhhhhh. I dont know what to do T_T

Rasanya panik mikirin hal begini, tapi harus dipikirin juga (?) Tapi kalo dipikirin terus, cukup bikin stres, jatuhnya menghambat skripsi saya. Too much wasting time to think, huh.
Ketiga... I’m not a feminist but I hate a lot when a man treat his wife like she’s his slave.

Bener-bener dah. Jadi saya harap semoga calon suami saya nanti (kalau ada) tidak menganggap saya seperti pelayannya yang harus melayani di setiap waktu. Walaupun im fine mengurus rumah, with my pleasure malah, tapi kalo disuruh-suruh saya tidak suka.

Saya jadi pengen independen secara materi, mampu menghasilkan uang sendiri dan tidak bergantung pada laki-laki. Kenapa saya bilang seperti ini? Karena jika orang sudah merasa orang lain sudah bergantung padanya, dia jadi suka bersikap seenaknya. Dalam hal ini, bisa saja si suami jadi bersikap seenaknya.  Selain itu, untuk keperluan pribadi saya (seperti skincare dan makeup) saya bisa beli sendiri, tidak perlu bergantung pada dia :p

Cuman masalahnya tadi, saya pengen bisa menghasilkan uang sendiri. Di sisi lain, saya sendiri belum menemukan pekerjaan apa yang saya ingini. Bahkan yang saya ingini belum tentu bisa saya dapatkan. Cukup depressing memikirkan hal-hal seperti ini.

Baiklah, sekian celotehan yang berbelit-belit ini. Semoga mudah dipahami. Sekedar curhat dan pengen nulis aja. Thanks for reading. How bout yours? Bagaimana keresahanmu di usia 21 tahun ini?

No comments:

Post a Comment