A. KISAH SENGSARA
a. Alur
Kisah Sengsara dari Alkitab
1. Pemberitahuan
tentang Penderitaan Yesus, Rencana Untuk Membunuh Yesus (Mat 26:1-5, Markus
14:1-2, Lukas 22:1-2)
2. Yesus
Diurapi (Matius 26:6-13, Markus 14:3-11)
3. Yudas
Mengkhianati Yesus (Matius 26:14-16, Lukas 22:3-6)
4. Yesus
Makan Paskah dengan Murid-Murid-Nya (Matius 26:17-25, Markus 14:22-25, Lukas
22:14-23)
5. Petrus
akan Menyangkal Yesus (Matius 26:30-35, Markus 14:26-31)
6. Di
Taman Getsemani (Matius 26:36-46, Markus 14:32-42, Lukas 22:39-46, Yohanes
17:1-26)
7. Yesus
Ditangkap (Matius 26:47-56, Markus 14:43-52, Lukas 22:47-62, Yohanes 18:1-11)
8. Yesus
di Hadapan Mahkamah Agama (Matius 26:57-68, Markus 14:53-65, Lukas 22:63-71)
9. Petrus
Menyangkal Yesus (Matius 26:69-75, Markus 14:66-72, Lukas 23:1-7, Yohanes
18:12-27)
10. Yesus
Diserahkan kepada Pilatus, kematian Yudas (Matius 27:1-10, Markus 15:1-15,
Lukas 23:8-12)
11. Yesus
di Hadapan Herodes (Lukas 23:8-12)
12. Yesus Kembali di Hadapan Pilatus (Matius
27:11-26, Lukas 23:13-25, Yohanes 18:28-40)
13. Yesus
Diolok-olokan (Matius 27:27-31, Markus 15:16-19)
14. Yesus
Disalibkan (Matius 27:32-44, Markus 15:20-32, Lukas 23:33-43, Yohanes 18:16-27)
b. Makna
Sengsara Yesus
Dalam perjalanan hidupNya, Yesus juga tak luput dari
penderitaan bahkan sampai wafat di kayu salib. Makna penderitaan yang dialami
Yesus pertama-tama merupakan konsekuensi dari tugas perutusanNya untuk
melaksanakan kehendak Bapa mewartakan dan menegakkan Kerajaan Allah di dunia.
Penderitaan Yesus
berakar pada dan didorong oleh kasih Allah kepada seluruh dunia (Rm 5:8).
Secara bebas suka-rela Yesus mengemban misi ini dan mempersembahkan diri-Nya
kepada Bapa surgawi sebagai kurban persembahan sempurna untuk kepentingan kita.
Dengan penyerahan diri-Nya secara sempurna kepada rencana penyelamatan Bapa,
Yesus mempersembahkan suatu kurban yang lengkap, yang tidak dapat pernah
diulangi dan ini terus-menerus dipersembahkan kepada Bapa di surga.
Sebagai
orang yang beriman, kita juga diajak untuk selalu meneladani sikap Yesus dalam
menghadapi penderitaan dan kematian yaitu bersikap tabah dan taat penuh pada
kehendak Tuhan melalui doa dan melalui penyerahan diri sepenuhnya kepada
Penyelenggaraan Ilahi.
c. Sikap dalam Menghadapi Penderitaan
Penderitaan
merupakan bagian tak terpisahkan dalam hidup manusia. Tak jarang penderitaan
dapat membawa kematian. Penderitaan dapat diakibatkan oleh berbagai sebab
antara lain akibat kesalahan sendiri atau kesalahan orang lain maupun demi memperjuangkan
sesuatu hal baik.
Penderitaan itu sendiri ditanggapi orang secara berbeda. Ada
orang yang bila menderita menjadi putus harapan, menyalahkan diri sendiri,
menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan. Akibatnya hidup terasa bagai
beban dan tak punya arti lagi, muncul sikap dendam pada oranglain, atau
menjauhi Tuhan. Bila toh akhirnya ia
mati, maka kematiannya seolah merupakan kematian tanpa arti. Kematian merupakan
akhir dari segalanya.
Ada juga orang yang ketika menderita berusaha menjalaninya
dengan tabah, berusaha tegar , mendekatkan diri pada Tuhan untuk memohon
kekuatan darinya, sehingga munculah sikap positif dalam menghadapi penderitaan
tersebut, yaitu kesadaran bahwa penderitaan yang dialaminya adalah demi
perjuangan untuk memperoleh hidup yang lebih benar, lebih baik,lebih
adil,dan lebih bermartabat. Kalaupun kematian menyongsongnya, ia tidak terlalu
takut, bahkan kematian baginya dipandang sebagai awal kemenangan.
Untuk itu, dalam menghadapi
penderitaan kita harus menjalaninya
dengan tabah, berusaha tegar, mendekatkan diri pada Tuhan untuk memohon
kekuatan dari-Nya, sehingga muncullah sikap positif dalam menghadapi
penderitaan tersebut, yaitu kesadaran bahwa penderitaan yang dialami
Yesus adalah demi perjuangan untuk memperoleh
hidup yang lebih benar, lebih baik, lebih adil, dan lebih bermartabat. Kalaupun
kematian menyongsong-Nya, Ia tidak terlalu takut, bahkan kematian baginya dipandang
sebagai awal kemenangan.
B. WAFAT
Yesus mati di kayu
salib untuk membebaskan semua manusia dari dosa. Karena dosalah Dia mati.
Dengan demikian, tidak ada dasar untuk menuduh orang-orang Yahudi, kekuatan
politik atau militer tertentu sebagai penyebab kematian Yesus. Kematian
Yesus sebenarnya sebagai penebusan yang tidak ada hubungannya dengan bangsa/ras
dan politik. Allah-lah yang
bertanggung-jawab atas dosa-dosa. Allah-lah yang mengutus Putera-Nya yang
tunggal, agar dengan demikian kita memperoleh kehidupan. Inti pokok dari
sejarah penyelamatan adalah hasrat Allah untuk menebus.
Kematian Yesus sangat
mengerikan dan mengenaskan, namun pentinglah bagi kita untuk memahami bagaimana
kematian-Nya sejalan serta sesuai dengan rencana penyelamatan ilahi dari Allah
sendiri: “Dia yang diserahkan Allah menurut
maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan…” (Kis 2:2). Ingat juga apa yang
dikatakan Yesus yang sudah bangkit kepada kedua orang murid dalam perjalanan ke
Emaus: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu untuk mempercayai segala
sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah
Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”
Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari
kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi (Luk 24:25-27).
Kita dapat melihat
bahwa melalui kematian-Nya di kayu salib, kemanusiaan Yesus memperbaiki kembali
ketaatan sempurna dan penuh kasih manusia yang dulu pernah dirusak. Yesus
membuat hal itu mungkin bagi umat manusia (seperti Adam dan Hawa sebelum
kejatuhan mereka) untuk menggantungkan diri dan hidup seturut setiap firman
yang keluar dari mulut Allah. Inilah satu alasan mengapa Allah menjadi
manusia.
C.
KEBANGKITAN YESUS
Penderitaan dan kematian Yesus bagi
kebanyakan orang Yahudi pada zamanNya, Yesus dianggap gagal, sia-sia dan seluruh
karyaNya seolah musnah seiring dengan kematianNya, seolah-olah Yesus tidak akan
diperhitungkan lagi. Tetapi dengan peristiwa kebangkitanNya dari alam maut,
Allah membalikkan semua pikiran tersebut. Kebangkitan Yesus membuat kehadiran
Yesus tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Ia hadir dimana-mana dalam hati
setiap muridNya. kehadiranNya itu mampu mempengaruh hati manusia, menjadi
semangat hidup banyak orang.
Melalui kebangkitannya orang-orang
tidak hanya mengenang karya dan ajaranNya, tetapi menjadikan dia sebagai
kekuatan hidup sehari-hari. Kehadirannya mampu membuat orang tidak hanya
sanggup meneruskan karya-Nya melainkan secara aktif dan kreatif melakukannya.
Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran dari Allah terhadap sabda dan karyanya,
pembenaran terhadap perjuangan Yesus Kristus.
Kebangkitan
Yesus mencerminkan dua hal yang bersifat hakiki tentang Allah :
1. Kebangkitan
Yesus menunjukkan campur tangan ilahi dari Trinitas dalam waktu dan ruang,
untuk menjadikan misi penebusan Yesus berbuah.
2. Kebangkitan
Yesus memberi kesaksian tentang dan bagaimana jalan menuju hidup kemuliaan Bapa
surgawi. Kehidupan ini memenuhi janji-janji tentang sebuah hati perjanjian yang
baru, yang dibuat melalui Yeremia dan Yehezkiel, kerinduan Hosea dan Mikha akan
keadilan dan belas kasih bagi semua orang, dan juga antisipasi akan kasih
sempurna Allah yang dinyatakan dalam Kitab Ulangan dan Mazmur 119.
Kebangkitan Yesus adalah permulaan
dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan permulaan suatu kehidupan yang
lebih mulia. Kisah kebangkitan Yesus sendiri tidak banyak dilaporkan dalam
kitab suci. Namun demikian, bukti-bukti yang dapat menunjukkan bahwa Yesus
benar-benar bangkit antara lain:
1. Para murid yang melihat kubur Yesus
terbuka dan kosong (Yohanes 20:1-10)
2. Kain kafan Yesus yang tertinggal
3. Berita malaikat yang mengatakan
Yesus sudah bangkit
4. Dan beberapa kali penampakan Yesus
kepada murid-muridnya.
Akhirnya,
selagi kita melihat kemanusiaan Yesus sebagai suatu model untuk kita sendiri,
kita disadarkan bahwa kebangkitan adalah apa yang terjadi dengan kita apabila
diri kita tidak lagi dirusakkan oleh dosa. Diangkatnya Maria ke surga pada
akhir ziarahnya di dunia merupakan ilustrasi tentang akhir-alamiah tubuh kita,
sekali kita telah dibebaskan dari segala dosa, seperti Yesus yang dapat melihat
Bapa, muka ketemu muka.
Yesus
adalah sang Juruselamat. Ialah penyelamat dan penolong umat manusia. Ia hadir
untuk menggenapi kehendak Bapa. Dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus
ini, Ia ingin membuktikan cinta kasih tak terbatas untuk manusia.
PenderitaanNya yang amat sangat besar ini, karena ingin memberi yang terbaik
untuk manusia agar pewartaan kerajaan Allah dapat benar-benar terlaksana.
Walaupun saat wafat, Yesus dicemooh karena tidak dapat menyelamatkan diriNya
sendiri, tapi Tuhan datang membangkitkanNya pada hari yang ke-3. Sehingga
inilah yang menjadi bukti kuat pewartaan cinta kasih Tuhan dalam diriNya.
Sengsara,
wafat dan kebangkitan Yesus perlu kita maknai sebagai hal yang benar-benar baik
dan penting. Sengsara dan wafat Yesus menunjukkan cinta Yesus pada umat manusia
melalui pengorbananNya yang amat luar biasa. Dan kebangkitan Yesus merupakan
permulaan dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan permulaan suatu
kehidupan yang lebih mulia. Jadi setelah kita memaknai betapa baiknya makna
dibalik sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus kita bisa mulai merenungkan
betapa sakitnya disiksa, dihina, dicela, dan dipaku pada kayu salib. Belum
lagi, ditikam lambungNya.
“Tidak
tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis
dalam kematian-Nya? Dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan
Dia melalui baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita
akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:3-4). Kata-kata Santo Paulus
tersebut seharusnya memberikan kepada kita pengharapan yang mendalam.
Karena hidup ini yang adalah milik kita
melalui sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus, maka kita dapat menghadapi
hari-hari kita dengan pengharapan dan suatu semangat penuh sukacita, karena
kita merangkul kebenaran yang dicanangkan oleh Santo Paulus: “Dalam semuanya
itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, melalui Dia yang telah
mengasihi kita. Sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik
malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun
yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah,
ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih
Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:37-39).
sedih yaaa.. sama kek kisah buddha menyelami penderitaan..
ReplyDelete