Sunday, December 27, 2015

Sengsara, Wafat, dan Kebangkitan Yesus

A.    KISAH SENGSARA
a.       Alur Kisah Sengsara dari Alkitab
1.      Pemberitahuan tentang Penderitaan Yesus, Rencana Untuk Membunuh Yesus (Mat 26:1-5, Markus 14:1-2, Lukas 22:1-2)



2.      Yesus Diurapi (Matius 26:6-13, Markus 14:3-11)


3.      Yudas Mengkhianati Yesus (Matius 26:14-16, Lukas 22:3-6)


4.      Yesus Makan Paskah dengan Murid-Murid-Nya (Matius 26:17-25, Markus 14:22-25, Lukas 22:14-23)


5.      Petrus akan Menyangkal Yesus (Matius 26:30-35, Markus 14:26-31)


6.      Di Taman Getsemani (Matius 26:36-46, Markus 14:32-42, Lukas 22:39-46, Yohanes 17:1-26)


7.      Yesus Ditangkap (Matius 26:47-56, Markus 14:43-52, Lukas 22:47-62, Yohanes 18:1-11)


8.      Yesus di Hadapan Mahkamah Agama (Matius 26:57-68, Markus 14:53-65, Lukas 22:63-71)


9.      Petrus Menyangkal Yesus (Matius 26:69-75, Markus 14:66-72, Lukas 23:1-7, Yohanes 18:12-27)


10.  Yesus Diserahkan kepada Pilatus, kematian Yudas (Matius 27:1-10, Markus 15:1-15, Lukas 23:8-12)


11.  Yesus di Hadapan Herodes (Lukas 23:8-12)


12.   Yesus Kembali di Hadapan Pilatus (Matius 27:11-26, Lukas 23:13-25, Yohanes 18:28-40)


13.  Yesus Diolok-olokan (Matius 27:27-31, Markus 15:16-19)


14.  Yesus Disalibkan (Matius 27:32-44, Markus 15:20-32, Lukas 23:33-43, Yohanes 18:16-27)


b.      Makna Sengsara Yesus
Dalam perjalanan hidupNya, Yesus juga tak luput dari penderitaan bahkan sampai wafat di kayu salib. Makna penderitaan yang dialami Yesus pertama-tama merupakan konsekuensi dari tugas perutusanNya untuk melaksanakan kehendak Bapa mewartakan dan menegakkan Kerajaan Allah di dunia.
Penderitaan Yesus berakar pada dan didorong oleh kasih Allah kepada seluruh dunia (Rm 5:8). Secara bebas suka-rela Yesus mengemban misi ini dan mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa surgawi sebagai kurban persembahan sempurna untuk kepentingan kita. Dengan penyerahan diri-Nya secara sempurna kepada rencana penyelamatan Bapa, Yesus mempersembahkan suatu kurban yang lengkap, yang tidak dapat pernah diulangi dan ini terus-menerus dipersembahkan kepada Bapa di surga.
Sebagai orang yang beriman, kita juga diajak untuk selalu meneladani sikap Yesus dalam menghadapi penderitaan dan kematian yaitu bersikap tabah dan taat penuh pada kehendak Tuhan melalui doa dan melalui penyerahan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi.
c.       Sikap dalam Menghadapi Penderitaan
Penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dalam hidup manusia. Tak jarang penderitaan dapat membawa kematian. Penderitaan dapat diakibatkan oleh berbagai sebab antara lain akibat kesalahan sendiri atau kesalahan orang lain maupun demi memperjuangkan sesuatu hal baik.
Penderitaan itu sendiri ditanggapi orang secara berbeda. Ada orang yang bila menderita menjadi putus harapan, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan. Akibatnya hidup terasa bagai beban dan tak punya arti lagi, muncul sikap dendam pada oranglain, atau menjauhi Tuhan. Bila toh akhirnya ia mati, maka kematiannya seolah merupakan kematian tanpa arti. Kematian merupakan akhir dari segalanya.
Ada juga orang yang ketika menderita berusaha menjalaninya dengan tabah, berusaha tegar , mendekatkan diri pada Tuhan untuk memohon kekuatan darinya, sehingga munculah sikap positif dalam menghadapi penderitaan tersebut, yaitu kesadaran bahwa penderitaan yang dialaminya adalah demi perjuangan untuk memperoleh hidup yang lebih  benar, lebih baik,lebih adil,dan lebih bermartabat. Kalaupun kematian menyongsongnya, ia tidak terlalu takut, bahkan kematian baginya dipandang sebagai awal kemenangan.
Untuk itu, dalam menghadapi penderitaan kita harus menjalaninya dengan tabah, berusaha tegar, mendekatkan diri pada Tuhan untuk memohon kekuatan dari-Nya, sehingga muncullah sikap positif dalam menghadapi penderitaan tersebut, yaitu kesadaran bahwa penderitaan yang dialami Yesus adalah demi perjuangan untuk memperoleh hidup yang lebih benar, lebih baik, lebih adil, dan lebih bermartabat. Kalaupun kematian menyongsong-Nya, Ia tidak terlalu takut, bahkan kematian baginya dipandang sebagai awal kemenangan.

B.     WAFAT

Yesus mati di kayu salib untuk membebaskan semua manusia dari dosa. Karena dosalah Dia mati. Dengan demikian, tidak ada dasar untuk menuduh orang-orang Yahudi, kekuatan politik atau militer tertentu sebagai penyebab kematian Yesus.  Kematian Yesus sebenarnya sebagai penebusan yang tidak ada hubungannya dengan bangsa/ras dan politik. Allah-lah yang bertanggung-jawab atas dosa-dosa. Allah-lah yang mengutus Putera-Nya yang tunggal, agar dengan demikian kita memperoleh kehidupan. Inti pokok dari sejarah penyelamatan adalah hasrat Allah untuk menebus. 
Kematian Yesus sangat mengerikan dan mengenaskan, namun pentinglah bagi kita untuk memahami bagaimana kematian-Nya sejalan serta sesuai dengan rencana penyelamatan ilahi dari Allah sendiri: “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan…” (Kis 2:2). Ingat juga apa yang dikatakan Yesus yang sudah bangkit kepada kedua orang murid dalam perjalanan ke Emaus: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu untuk mempercayai segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”  Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi (Luk 24:25-27).
Kita dapat melihat bahwa melalui kematian-Nya di kayu salib, kemanusiaan Yesus memperbaiki kembali ketaatan sempurna dan penuh kasih  manusia yang dulu pernah dirusak. Yesus membuat hal itu mungkin bagi umat manusia (seperti Adam dan Hawa sebelum kejatuhan mereka) untuk menggantungkan diri dan hidup seturut setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Inilah satu alasan mengapa Allah menjadi manusia. 

C.     KEBANGKITAN YESUS

Penderitaan dan kematian Yesus bagi kebanyakan orang Yahudi pada zamanNya, Yesus dianggap gagal, sia-sia dan seluruh karyaNya seolah musnah seiring dengan kematianNya, seolah-olah Yesus tidak akan diperhitungkan lagi. Tetapi dengan peristiwa kebangkitanNya dari alam maut, Allah membalikkan semua pikiran tersebut. Kebangkitan Yesus membuat kehadiran Yesus tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Ia hadir dimana-mana dalam hati setiap muridNya. kehadiranNya itu mampu mempengaruh hati manusia, menjadi semangat hidup banyak orang.
Melalui kebangkitannya orang-orang tidak hanya mengenang karya dan ajaranNya, tetapi menjadikan dia sebagai kekuatan hidup sehari-hari. Kehadirannya mampu membuat orang tidak hanya sanggup meneruskan karya-Nya melainkan secara aktif dan kreatif melakukannya. Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran dari Allah terhadap sabda dan karyanya, pembenaran terhadap perjuangan Yesus Kristus.
Kebangkitan Yesus mencerminkan dua hal yang bersifat hakiki tentang Allah :
1.      Kebangkitan Yesus menunjukkan campur tangan ilahi dari Trinitas dalam waktu dan ruang, untuk menjadikan misi penebusan Yesus berbuah.
2.      Kebangkitan Yesus memberi kesaksian tentang dan bagaimana jalan menuju hidup kemuliaan Bapa surgawi. Kehidupan ini memenuhi janji-janji tentang sebuah hati perjanjian yang baru, yang dibuat melalui Yeremia dan Yehezkiel, kerinduan Hosea dan Mikha akan keadilan dan belas kasih bagi semua orang, dan juga antisipasi akan kasih sempurna Allah yang dinyatakan dalam Kitab Ulangan dan Mazmur 119.
Kebangkitan Yesus adalah permulaan dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia. Kisah kebangkitan Yesus sendiri tidak banyak dilaporkan dalam kitab suci. Namun demikian, bukti-bukti yang dapat menunjukkan bahwa Yesus benar-benar bangkit antara lain:
1.      Para murid yang melihat kubur Yesus terbuka dan kosong (Yohanes 20:1-10)
2.      Kain kafan Yesus yang tertinggal
3.      Berita malaikat yang mengatakan Yesus sudah bangkit
4.      Dan beberapa kali penampakan Yesus kepada murid-muridnya.
Akhirnya, selagi kita melihat kemanusiaan Yesus sebagai suatu model untuk kita sendiri, kita disadarkan bahwa kebangkitan adalah apa yang terjadi dengan kita apabila diri kita tidak lagi dirusakkan oleh dosa. Diangkatnya Maria ke surga pada akhir ziarahnya di dunia merupakan ilustrasi tentang akhir-alamiah tubuh kita, sekali kita telah dibebaskan dari segala dosa, seperti Yesus yang dapat melihat Bapa, muka ketemu muka. 
Yesus adalah sang Juruselamat. Ialah penyelamat dan penolong umat manusia. Ia hadir untuk menggenapi kehendak Bapa. Dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus ini, Ia ingin membuktikan cinta kasih tak terbatas untuk manusia. PenderitaanNya yang amat sangat besar ini, karena ingin memberi yang terbaik untuk manusia agar pewartaan kerajaan Allah dapat benar-benar terlaksana. Walaupun saat wafat, Yesus dicemooh karena tidak dapat menyelamatkan diriNya sendiri, tapi Tuhan datang membangkitkanNya pada hari yang ke-3. Sehingga inilah yang menjadi bukti kuat pewartaan cinta kasih Tuhan dalam diriNya.
Sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus perlu kita maknai sebagai hal yang benar-benar baik dan penting. Sengsara dan wafat Yesus menunjukkan cinta Yesus pada umat manusia melalui pengorbananNya yang amat luar biasa. Dan kebangkitan Yesus merupakan permulaan dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia. Jadi setelah kita memaknai betapa baiknya makna dibalik sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus kita bisa mulai merenungkan betapa sakitnya disiksa, dihina, dicela, dan dipaku pada kayu salib. Belum lagi, ditikam lambungNya.
 “Tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia melalui baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:3-4).  Kata-kata Santo Paulus tersebut seharusnya memberikan kepada kita pengharapan yang mendalam.

Karena hidup ini yang adalah milik kita melalui sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus, maka kita  dapat menghadapi hari-hari kita dengan pengharapan dan suatu semangat penuh sukacita, karena kita merangkul kebenaran yang dicanangkan oleh Santo Paulus: “Dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, melalui Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:37-39).

1 comment:

  1. sedih yaaa.. sama kek kisah buddha menyelami penderitaan..

    ReplyDelete