Wednesday, October 21, 2015

OPINI: Maraknya Kasus Bullying di Kalangan Pelajar

Maraknya Kasus Bullying di Kalangan Pelajar
Oleh : Dwi Ditha Putri

Seperti yang kita ketahui, bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Kini, tindak kasus bullying semakin marak terjadi. Bisa dilihat dari kasus-kasus yang bermunculan di kalangan pelajar, seperti adanya pelajar yang membawa dan menodongkan senjata tajam, melakukan pelecehan seksual, membuat genk, memalak, melabrak dan sebagainya.  Hal ini semakin menunjukkan berapa mirisnya dunia pendidikan.

            Bullying adalah suatu tindakan menyakiti orang lain yang dianggap lebih lemah darinya dengan kekerasan. Terdapat 3 bentuk bullying, yaitu secara fisik, verbal dan psikologis. Dalam bentuk fisik, pelaku menyakiti korbannya secara fisik, seperti memukul, mendorong, menjewer, menampar dan lain-lain. Dalam bentuk verbal adalah pelaku menghina, membentak, mennggunakan kata-kata kasar, mengejek nama orang tua, mencemooh, menyindir kelemahan mental, dan lain-lain. Dalam bentuk psikologis, pelaku biasanya menyebarkan fitnah, gosip, mempermalukan dan menolak target bullying mereka.
            Pada umumnya, pelaku bullying adalah kakak kelas dengan target bullying adik kelas. Jarang terjadi adik kelas melakukan bullying kepada kakak kelasnya. Biasanya, penyebab kasus bullying di sekolah adalah adik kelas yang ‘bertingkah’, dalam arti mencolok secara fisik, gaya berpakaian maupun perilaku. Sehingga, mereka dilabrak oleh kakak kelas. Penyebab dari sisi lain adalah pelaku yang merasa kuat dan berkuasa  jika melakukan kekerasan terhadap korbannya. Dan juga biasanya, pelaku merasa iri karena korbannya lebih cantik atau lebih pintar, sehingga takut disaingi menjadi yang popular di sekolah.
            Bullying memiliki dampak yang buruk baik bagi korban maupun pelaku. Secara psikologis, korban akan kehilangan kepercayaandirinya,  membenci dirinya sendiri, menjadi takut untuk berkeliaran di luar, sehingga selalu mengurung diri. Selain itu, korban akan stress dan depresi, yang tentu merusak kesehatan mereka. Menurut survey kebanyakan besar dari orang yang dulunya penyiksa dimasa sekolah akan melakukan tindakan kriminal saat dewasa. Mereka juga akan kesulitan menjalin hubungan pertemanan dengan teman sekolahnya. Begitu mereka dewasa nanti mereka juga akan sulit beradaptasi dengan teman-teman kerjanya karena ia terbiasa mengontrol orang lain.
Contoh bullying yang paling sering ditemui disekitar kita adalah kakak kelas melabrak adik kelas karena dinilai bertingkah. Biasanya kakak kelas datang dengan ‘keroyokan’ melabrak adik kelasnya yang sendirian. Selain itu, masa orientasi siswa yang berakhir buruk karena si kakak kelas berlebihan mengerjai para siswa baru. Mengerjai dalam arti memberikan perintah yang tidak berguna kepada adik kelasnya hanya untuk kepuasan pribadi. Dan juga, teman sekelas yang dianggap aneh yang dikucilkan, tidak ada yang mau berteman dengannya, sehingga ia menjadi sering menyendiri.
Menurut penulis, bullying harus dihapuskan. Penulis tidak senang dengan adanya bullying, karena memiliki banyak dampak negatif. Bullying sangat merugikan si korban, contohnya pada murid yang tadinya berprestasi karena dibully,  menjadi depresi. Sekali menjadi korban, akan susah untuk keluar. Bullying sangat sulit untuk dihilangkan, tapi setidaknya bisa diminimalisir dengan melakukan tindakan preventif.
Hal yang bisa dilakukan guru untuk mencegah bullying di sekolah adalah bertindak tegas. Karena jika guru terlalu santai menanggapi masalah bullying, pelaku akan merasa “diizinkan” dalam melakukan bullying. Kedua, perlu diadakannya seminar anti-bullying. Mungkin terdengar membosankan, tetapi setidaknya, orang tua dan murid menjadi lebih terbuka matanya tentang dunia bullying.   Selain itu, diadakannya mentoring dengan murid. Walaupun terkesan membuang waktu, tetapi inilah yang sebagian anak butuhkan di sekolah. Karena guru adalah “orang tua” kedua selain orang tua di rumah. Seperti orang tua kandung, melakukan mentoring dan menanyakan kebutuhan masing-masing anak sangat diperlukan. Sediakan juga waktu untuk anak murid agar bisa sharing pengalamannya di sekolah.
Untuk orang tua, perlu memberikan perhatian lebih kepada anak, seperti menanyakan kondisi anak di sekolah. Perlu adanya hubungan yang harmonis antara dan anak. Jika keluarga tidak harmonis, anak akan bingung untuk berbagi pengalaman dengan siapa. Tindakan ini juga mencegah anak agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif seperti pornografi, narkoba, free-sex, dan sebagainya. Selain itu, orang tua harus cermati perubahan-perubahan pada anak. Jika mengalami bullying, kemungkinan si anak akan mengalami beberapa perubahan. Contohnya nilai akademis menurun, hilang semangat sekolah, susah berkonsentrasi, dan sebagainya.
Jika pelajar sudah masuk ke dunia bullying, hal yang harus dilakukan adalah menahan emosi. Jika anda di-bully, sembunyikan rasa takut dan sedih, karena hal itu akan membuat pelaku semakin “sukses” mem-bully anda. Kedua, jangan berjalan sendirian. Ajak teman anda seminimal-minimalnya 3 orang agar ada yang membantu ketika anda di-bully. Selain itu, jika sudah di-bully, lawan pelaku. Yang di maksudkan bukan membalas pukul, tapi tunjukkan sikap bahwa anda bukan orang yang gampang di-bully. Misalnya membusungkan dada, dan tatap mata si pelaku dengan tajam.

Sebagai penulis, saya menentang adanya kasus bullying di kalangan pelajar. Hal itu sangat merusak pendidikan di Indonesia. Baik itu dalam bentuk fisik, verbal maupun psikologis. Karena akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya. Dari kasus-kasus yang pernah terjadi, kita belajar, sehingga perlu dilakukan tindak preventif akan kasus ini. Keterlibatan pemerintah juga tak kalah penting, karena remaja-remaja adalah calon penerus bangsa, perlu pendidikan yang benar-benar tidak sekedar materi pelajaran, tetapi juga pendidikan karakter.

No comments:

Post a Comment