“Hargai
hobby orang lain selama bukan hobby yang jahat.”
Disini, aku pengen sekedar sharing renungan yang (mungkin) memotivasi. Apakah kalian mengertikan kutipan di atas? Mungkin kutipan itu biasa saja, tapi memberikan dampak yang besar jika benar-benar bisa diaplikasikan dalam kehidupan dunia yang penuh kisah ini. Aku akan memberikan sedikit yang cerita yang berhubungan dengan kutipan ini.
Dina, si kurus
yang banyak tak disukai teman sekelasnya karena hobbynya yang suka berbahasa
inggris. Orang-orang berpikir, ia orang yang sok dan tidak cinta tanah air.
Salah besar, Dina sangat, sangaaat bahkan sangaaaaaat cinta Indonesia.
Ia memang suka,
bahkan sangat mencintainya Bahasa Inggris, bukan karena tidak cinta tanah air.
Tak sedikitpun terselip keinginan untuk melupakan tanah kelahiran. Ia memang
pecinta bahasa Barat, lagu Barat, film Barat, pokoknya yang berbau barat selama
bernilai positif.
Memang, dalam
kehidupan sehari-hari terselip beberapa kata berbahasa inggris saat Dina
bercakap-cakap dengan teman-temannya. Hal itu tentu membuat teman-temannya
ilfeel “Apaan sih lu, Dina? Sok inggris banget. Nggak usah sok bule, kulit item
juga.”
Dina mulai
berpikir, apakah salah? Apakah ini namanya ‘sok’? Mereka harus tahu definisi
sok yang sesungguhnya . Namanya juga belajar, tentu teknik aplikasi sangat baik
untuk melancarkan kemampuan berbahasa inggrisnya.
“Setiap orang
punya hobby, apakah aku salah hobby berbahasa inggris? Aku hanya ingin belajar,
bukan berarti sok.” pikir Dina.
Pramudina
Kusumawati, Sekretaris Jendral PBB 2030.
“Tak seharusnya,
gue ngatain ke dia seperti itu, 20 tahun yang lalu.”
Hobby, selama tidak membuat masalah,
why not? Biarkanlah mereka berlatih demi cita-cita mereka. Jangan membuat
mereka terjatuh oleh kata-kata kita yang tentu tak menghargai usaha dia dalam
mewujudkan cita-citanya.
Semoga bermanfaat J
No comments:
Post a Comment